Jika Terlahir Miskin itu Bukan Salahmu, tapi Jika Meninggal dalam kemiskinan, Salah Siapa?

Jika Terlahir Miskin itu Bukan Salahmu, tapi Jika Meninggal dalam kemiskinan, Salah Siapa?

Judul tulisan saya kali ini kutip dari pepatah “Jika engkau terlahir miskin itu bukanlah salah mu, tapi jika kamu meninggal dalam keadaan miskin itu adalah salahmu”. Saya juga tidak tahu siapa yang membuat pernyataan itu tapi saya pribadi merasa memiliki pengertian yang mendalam (tak perlu saya jelaskan anda pun merasakannya bukan :) ). Perlu di tekankan juga kalau miskin yang dimaksud dalam konteks ini adalah bukan hanya materi, tapi yang lebih penting adalah moral, kepribadian.

Banyak yang factor yang membentuk diri seseorang, tapi yang mengambil kendali tentunya anda tahu siapa itu, diri kita sendiri! Ada inkripsi yang menarik di prasasti seorang uskup anglikan di Westminster Abbey (baca : http://en.wikipedia.org/wiki/Westminster_Abbey) saya terjermahkan kedalam bahasa Indonesia :

"Ketika saya masih muda dan bebas dan imajinasiku tidak memiliki batas, aku bermimpi untuk mengubah dunia. Saat aku tumbuh lebih dewasa dan bijaksana, saya menemukan dunia tidak akan berubah, jadi saya singkat penglihatan saya sedikit dan memutuskan untuk mengubah hanya negara saya .
Tapi, juga tampak tak tergoyahkan.
Saat aku tumbuh menjadi tahun saya senja, dalam satu upaya putus asa terakhir, aku menetap untuk hanya mengubah keluarga saya, orang-orang terdekat saya, tapi sayangnya, mereka akan tidak punya itu.
Dan sekarang, saat aku berbaring di ranjang kematianku, aku tiba-tiba menyadari: Jika saya hanya mengubah diri saya lebih dulu, kemudian dengan contoh saya akan berubah keluarga saya.
Dari inspirasi dan dorongan mereka, saya kemudian akan dapat lebih baik negara saya, dan siapa tahu, aku mungkin bahkan mengubah dunia. "

Sebagian besar dari kita, oops saya tidak mau melakukan generalisasi, maksud saya, saya sangat tersentil dengan kutipan inkripsi tersebut. Saya menginginkan lingkungan saya yang berubah, dan saya menganggap diri saya yang paling benar, tapi apakah “kesempurnaan” saya memang bermanfaat? Itu hanya dalam benak saya ternyata! Jangankan untuk orang lain, untuk diri sendiri bagaimana? Saya tak perlu menjelaskan faktor-faktor eksternal yang ada , karena saya menekankan tulisan ini dalam individu kita masing-masing. Untuk menjadi pemimpin hebat bukanlah dengan memaksakan kehendak kita atau dengan kekuasaan kita, tapi berilah pengaruh positif dan ketika kita menjadi panutan, dengan otomatis orang akan meneladani keputusan kita.

Penulis hebat tidak perlu pen yang mahal untuk menuliskan pikirannya diatas kertas, demikian juga kita, mungkin orang yang memiliki materi, saat ada batu besar di hadapannya, bisa dengan menghancurkannya, tapi walau kita tidak memiliki materi untuk menghancurkannya, kita bisa berjalan mengitari batu itu / memanjatnya. Untuk memperoleh kesuksesan tidak hanya terpatok modal dan kekuasaan yang kita, mungkin anak konglomerat atau anak pejabat akan lebih mudah memperolehnya, mereka punya materi, kita imbangi dengan strategi kita walau kita kalah dalam materi! Tapi apa yang sering kita lakukan ketika ada batu besar tersebut? Kita sering kali mundur dan tidak melanjutkan perjalanan kita.

Diatas materi adalah moral dan kepribadian kita, materi tidak sepenuhnya menjadi indicator kesuksesan, materi hanya bersifat sementara, hari ini kita memiliki usaha yang sukses, besok bisa saja kita melarat karena ditipu. Hari ini kita kelaparan karena tidak memiliki uang, bisa saja besok ada berkat yang tidak terduga. Banyak orang kaya yang sombong dan berlaku semena-mena, dan akhirnya jatuh kepada lubang kesombongannya sendiri. Karena hidup itu seperti roda, berputar kadang diatas kadang di bawah, pada saat kita di bawah tentu kita perlu yang diatas untuk membantu membuat kita naik, dan jangan sampai saat kita diatas karena keangkuhan kita malah dijatuhkan sekeliling kita!

Kutipan lain yang saya tidak tau siapa yang mengatakannya “ketika kau lahir ke dunia, engkau menangis dan orang sekeliling mu tertawa, dan ketika engkau di petimati, siapa kah yang akan menangis dan tertawa?”  Jika kita makmur, kaya, tapi hanya menjadi sandungan bagi orang sekitar kita, berarti kita tetap miskin! Apakah kehadiran kita di inginkan oleh orang lain? Atau saat kita datang maka orang lain pergi?  Apakah tindakan kita ada value untuk orang lain? Apa selalu merugikan sekitar kita?
Category: 3 komentar

Houtman Zainal Arifin - Dari OB jadi Vice President!

Sekitar tahun 60an Houtman memulai karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan Ibukota. Merantau dari kampung dengan penuh impian dan harapan, Houtman remaja berangkat ke Jakarta. Di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh. Houtman pun memilih bertahan hidup dengan profesi sebagai pedagang asongan, dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan dagangannya.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya.

Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Sampai suatu saat Houtman mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (Citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.

Tapi Houtman tetap bangga dengan jabatannya, dia tidak menampik pekerjaan. Diterimanyalah jabatan tersebut dengan sebuah cita-cita yang tinggi. Houtman percaya bahwa nasib akan berubah sehingga tanpa disadarinya Houtman telah membuka pintu masa depan menjadi orang yang berbeda.

Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai “ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll.

Suatu saat Houtman tertegun dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi, dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.

Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggungjawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras. Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA.

Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice President. Sebuah jabatan puncak Citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi Citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.

Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan berbagai jabatan pernah diembannya, menjadi staf ahli Citibank Asia Pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang.

Category: 1 komentar

10 Arabic Proverbs

1. Your tongue is like a horse if you take care of it, it takes care of you; if you treat it badly, it treats you badly.
2. Write the bad things that are done to you in sand, but write the good things that happen to you on a piece of marble.
3. Only three things in life are certain birth, death and change.
4. Every sun has to set.
5. Every day of your life is a page of your history.
6. Eat whatever thou likest, but dress as others do.
7. Call someone your lord and he'll sell you in the slave market.
8. A known mistake is better than an unknown truth.
9. A chameleon does not leave one tree until he is sure of another.
10. Visit rarely, and you will be more loved.
Category: 1 komentar

30 Pepatah Cina

1. Di belakang setiap orang yang cakap, selalu ada orang hebat lainnya.

2. Jika kekuatan Anda kecil, jangan membawa beban berat. Jika kata-kata Anda yang tidak berharga, tidak memberikan nasihat.

3. Permata tidak dapat dipoles tanpa gesekan, atau orang sempurna tanpa percobaan.

4. Pria menjadi tua, mutiara menjadi kuning, tidak ada obat untuk itu.

5. Jika Anda sabar dalam satu saat marah, engkau akan luput seratus hari kesedihan.

6. Jika kekuatan Anda kecil, jangan membawa beban berat. Jika kata-kata Anda yang tidak berharga, tidak memberikan nasihat.

7. Dari semua tiga puluh enam alternatif, melarikan diri adalah yang terbaik.

8. Anda tidak dapat mencegah burung kesedihan terbang di atas kepala Anda, tetapi Anda dapat mencegah mereka dari membangun sarang di rambut Anda.

9. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.

10. Seorang bijak membuat keputusan sendiri, orang bodoh mengikuti opini publik.


11. Siapa yang tidak puas dengan dirinya sendiri akan tumbuh; yang tidak yakin kebenaran sendiri akan belajar banyak hal.

12. Dalam sarang yang rusak ada beberapa telur utuh.

13. Sebuah berlian dengan cacat adalah lebih baik daripada batu umum yang sempurna.

14. Untuk menarik nasib baik, menghabiskan satu sen baru pada teman lama, berbagi kesenangan lama dengan teman baru dan mengangkat hati seorang sahabat sejati dengan menulis namanya di sayap naga.

15. Jika Anda harus memainkan, memutuskan tiga hal di awal: aturan permainan, pertaruhan, dan waktu berhenti.

16. Kebiasaan adalah jaring laba-laba pada awalnya; kabel pada akhirnya.

17. Jika saya menyimpan dahan hijau di hati saya, maka burung bernyanyi akan datang.

18. Surga memiliki sebuah jalan tapi tidak ada yang jalan kesana, neraka tidak memiliki gerbang tapi manusia menggali untuk mencapai kesana

19. Carilah sesuatu sampai Anda menemukannya dan Anda tidak akan kehilangan tenaga kerja Anda.

20. Sebuah percakapan tunggal dengan orang bijak bernilai studi satu bulan buku.

21. Orang yang mengejar balas dendam harus menggali dua kuburan.

22. Jika kita tidak mengubah arah kita, kita cenderung berakhir di mana kita tuju.

23. Saya mendengar dan saya lupa. Saya melihat dan saya ingat. Saya lakukan dan saya mengerti.

24. Jangan cemas harapan yang belum tiba, jangan sia-sia menyesali apa yang sudah lalu.

25. Jika Anda berencana untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika Anda berencana selama sepuluh tahun, tanamlah pohon. Jika Anda berencana selama 100 tahun, didiklah manusia.

26. Satu sukacita menebarkan seratus kesedihan.

27. Dia yang bertanya adalah bodoh selama lima menit, tetapi ia yang tidak meminta tetap bodoh selamanya.

28. Beri seseorang ikan, dan dia akan makan untuk sehari. Ajari dia bagaimana untuk memancing ikan dan dia akan makan selamanya.

29. Belajar adalah harta yang akan mengikuti pemiliknya mana-mana.

30. Tinta pucat lebih baik daripada memori terbaik.
Category: 0 komentar

Meningkatkan Kualitas Tidur

Diadaptasi dari The Ajaran Rahasia Tao Te Ching, oleh Mantak Chia dan Tao Huang (Inner Traditions, 2005).

Cina telah berlatih posisi ini sederhana untuk meningkatkan kualitas tidur mereka (dan napas mereka saat tidur) selama ribuan tahun. Hari ini, seperti gangguan tidur dan penyakit kronis akibat tidur yang buruk berkualitas dan pernapasan yang terus meningkat, kita bisa belajar dari teknik yang kuat namun sederhana.

Caranya:


1. Berbaring di tempat tidur pada punggung Anda.

2. Jika Anda benar-tangan (right-handed), silang kaki kiri Anda di atas kaki kanan (sebaliknya jika Anda kidal).

3. Jalin jari-jari Anda di atas dada Anda.

4. Tutup mata Anda dan lembut berkonsentrasi pada napas Anda. Ketika Anda mendengarkan pernapasan Anda, Anda akan segera hanyut dalam tidur panjang dan nyenyak.
Category: 0 komentar

Padamkan Lampu Waktu Tidur

Tidur merupakan kebutuhan alami manusia. Dengan tidur yang berkualitas, metabolisme tubuh ditata kembali. Kita juga memiliki kesempatan untuk melakukan regenerasi / mengganti sel-sel tubuh yang mati. Nah tahukah Anda, bagaimana cara mendapatkan tidur yang baik dan berkualitas? Salah satu caranya adalah dengan memadamkan lampu di waktu tidur normal (9 malam hingga 8 pagi) demi mendapatkan hormon melatonin secara maksimal!

Menurut hasil penelitian para ilmuwan, tubuh manusia perlu suasana gelap untuk menghasilkan hormon melatonin. Hormon ini dapat menyebabkan kantuk, dengan cara menurunkan sedikit suhu tubuh. Dari situ, proses tidur pun jadi lebih cepat, karena biasanya suhu tubuh turun sekitar waktu tidur dimulai. Dengan begitu pula, seseorang bisa tidur lelap tanpa gangguan bangun mendadak di malam hari.

Selain itu, melatonin juga membantu kita mengatasi masalah emosional hingga depresi. Ia bahkan berfungsi untuk menaikkan daya tahan tubuh dan mengatasi sistem kekebalan yang rendah. Ini karena melatonin bekerja mendukung jaringan hormon dan metabolisme di dalam tubuh yang selalu berubah seiring dengan kegiatan fisik, keadaan mental, dan stres.

Sayangnya, hormon ini mudah berhenti berproduksi. Prof. Russle Reiter dari Texas University mengatakan, "Sekali Anda tidur dan tidak mematikan lampu selama 1 menit, maka otak Anda segera mendeteksi bahwa lampu menyala seharian dan produksi zat melatonin akan langsung menurun." Produksi hormon melatonin juga dapat terhenti ketika ketika menyalakan lampu toilet, begadang, bepergian melintas zona waktu, tersorot sinar lampu jalanan, dan lainnya.

Bagaimana jika tubuh kita tidak bisa memproduksi zat melatonin dalam waktu lama? Akibatnya bisa fatal. Dalam artian, timbul berbagai penyakit (insomnia, kanker, dll). Sebuah konferensi tentang anak penderita leukimia / kanker darah yang diadakan di London, Inggris bahkan menyatakan bahwa orang bisa menderita kanker akibat terlalu lama memakai lampu waktu tidur di malam hari (dibanding dengan yang tidak pernah memakai lampu waktu tidur).

Memang, ada sebagian orang yang merasa tidak nyaman, atau bahkan tidak dapat tidur pada kondisi gelap. Namun jika melihat manfaat atau dampaknya, hal ini perlu diperhatikan juga. Antara lain dengan tidak tidur di bawah pencahayaan langsung (dari lampu kamar), dan mematikan lampu kamar, tidak lama setelah si kecil terlelap.


sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/aw_corner/3529/Padamkan_Lampu_Di_Waktu_Tidur/

Category: 0 komentar

5 Tokoh Autodidak Sejati yang Sukses Mengubah Nasib

Apakah gagal melanjutkan sekolah menjauhkan kita dari sukses? Tokoh-tokoh berikut ini membuktikan bahwa belajar tak selalu harus di sekolah. Bahkan ketika sekolahnya gagal diselesaikan, mereka bisa belajar sendiri dari kehidupan yang dihadapinya dan meraih sukses luar biasa. Berikut ini mereka yang sukses luar biasa mengubah nasib dengan belajar secara autodidak.

1. Agatha Christie (1890 - 1976): Belajarnya Cuma di Rumah

Agatha Christie adalah penulis asal Inggris yang dikenal sebagai Master of The Mystery Novel atau Queen of Crime. Novel bergenre misterinya begitu terkenal ke seluruh dunia. Ia menulis 80-an novel. Sebanyak 30-an novelnya sudah diadaptasi ke dalam film.

Di manakah ia belajar hingga menjadi penulis yang begitu produktif? Ternyata Agatha hanya belajar di rumah. Sebenarnya di keluarganya, ia punya dua kakak yang kebetulan mendapat kesempatan sekolah formal. Sedangkan untuk Agatha, ibunya memilih untuk mengajari sendiri di rumah. Saat usia putrinya menginjak 8 tahun, sang ibu baru mendatangkan tutor ke rumah.

Ketika Perang Dunia I bergolak, Agatha bekerja menjadi perawat. Saat itu usianya baru belasan. Kemudian ia bekerja di apotek rumah sakit yang banyak mengilhami cerita soal racun dalam novel-novelnya di kemudian hari.

Novel pertamanya lahir setelah kakaknya, Madge, memberinya tantangan, apakah ia bisa menulis novel. Tantangan itu ia jawab dengan novel pertamanya berjudul "The Mysterious Affair at Styles" (Misteri di Styles). Dari sanalah ia meniti karier sebagai novelis.

2. Frederick Douglass (1818 - 1895): Budak yang Belajar Autodidak

Frederick adalah seorang budak asal Amerika Serikat, yang dilarang sekolah. Meski begitu ia pantang menyerah untuk belajar.Ia mulai dengan belajar membaca dari seorang aktivis gerakan pembebasan perbudakan. Ia belajar dari apa pun yang bisa ia baca. Untuk memperkaya ilmunya, Frederick selalu mencari kesempatanuntuk berbicara dengan orang-orang yang pengetahuannya lebih tinggi darinya.

Terbukti belajarnya efektif, karena setelah bebas sebagai budak ia menjadi penulis hebat, orator ulung, dan pemimpin gerakan pembebasan perbudakan.

3. Lawrence Ellison (66 tahun): Membangun Oracle karena Terinspirasi sebuah Paper

Lawrence (Larry) Ellison adalah pendiri Oracle, perusahaan pembuat software terbesar kedua dunia saat ini. Seperti pengusaha di bidang teknologi informasi lainnya yang kebanyakan drop-out perguruan tinggi, Larry pun demikian. Ia keluar dari University of Illinois pada tahun keduanya kuliah. Setelah itu ia membangun kariernya sebagai ahli data system.

Ia tertarik mendirikan Oracle pada tahun 1977 setelah terinspirasi dari paper karya Edgar F. Codd mengenai database system berjudul "Relational Model of Data for Large Shared Data Banks."

4. Peter Jennings (1938 - 2005): Presenter Terkenal yang Tak Lulus SMA

Presenter terkenal ABC News ini sebenarnya tak lulus SMA. Jennings memulai kariernya sejak usia 9 tahun. Saat itu ia menjadi penyiar radio anak-anak di Kanada. Ayahnya yang juga penyiar radio CBC dan sedang bertugas di luar negeri berang ketika tahu anaknya jadi penyiar radio di tempatnya bekerja. Ayahnya memang tak menyukai nepotisme.

Kegiatan jadi penyiaran ciliknya tak lama. Peter lebih konsentrasi sekolah. Namun sekolahnya tak mulus. Malah ia sempat tak naik ke kelas 10. Menurut pengakuannya ia bosan belajar saat itu. SMA-nya pun tak tamat.

Ia sebenarnya ingin sekali menjadi penyiar seperti ayahnya. Namun kesempatan itu tak mudah ia dapat. Ia lebih dulu bekerja di bank dan sempat aktif di teater setempat.

Baru pada usia 21 tahun ia bisa meraih impiannya menjadi penyiar radio. Setelah itu kariernya terus menanjak dengan semangat autodidaknya yang tinggi hingga kemudian menjadi wartawan dan penyiar televisi kenamaan AS.

5. Anthony Robbins (50 tahun): Bekerja Sambil Belajar dari Pembicara Ternama

Ia hanya tamat SMA dan memulai kariernya dengan cara mempromosikan seminar yang diadakan Jim Rohn. Saat itu usianya baru 18 tahun. Ia memanfaatkan kedekatan dengan Jim Rohn untuk belajar "happiness and success life". Tak heran jika ia tak segan menyebut Jim Rohn sebagai mentor pertamanya.

Pada usia 22 tahun, Anthony Robbins mulai belajar Neuro-Linguistic Programming (NLP) secara informal dari penciptanya, John Grinder. Setelah belajar dari tokoh lain yang juga secara informal, Robbins akhirnya bisa mengembangkan ilmu NLP menjadi ilmu baru yang disebutnya Neuro-Associative Conditioning (NAC).

Dengan belajar yang bisa disebut autodidak (bukan di bangku sekolah atau perguruan tinggi), Robbins akhirnya menjadi penulis buku laris dan motivator terkenal di dunia. Ia sudah berbicara di hadapan lebih dari 50 juta orang di lebih dari 50 negara.

Jangan heran, dari sisi finansial, darisemula pemuda miskin, Robbins menjadi pembicara dengan tarif tinggi. Dalam kariernya ia pernah menjadi salah satu penasihat (mantan) Presiden AS Bill Clinton.


sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/aw_corner/3541/5_Tokoh_Autodidak_Sejati_yang_Sukses_Mengubah_Nasib/



Category: 0 komentar